STRATEGI
YANG DIGUNAKAN AMAZONE.COM
Menurut filosofi
Amazon, operational excellence berarti memberikan pengalaman belanja yang
memuaskan kepada pelanggan, yang merupakan hasil dari continuous improvement.
Sedangkan untuk perusahaan, operational excellence berarti peningkatan
produktifitas, margin, efisiensi dan asset velocity dalam bisnis.
Amazon mampu
membangun budaya perusahaan yang mementingkan pelanggan karena proses,
teknologi, dan pandangan global yang dimiliki oleh para karyawannya memang
diarahkan langsung kepada pelanggan. Setiap orang dididik untuk bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang memberi nilai tambah untuk kepuasan pelanggan.
Core
Value di Amazon
Seperti yang ditulis
Pete Abilla, penulis yang juga bekerja di Amazon, perusahaan tersebut memiliki
filosofi yang spesifik yang disebut The Amazon Core Values. Filosofi itu
meliputi:
·
Obsesi Terhadap Pelanggan – Mereka mengawali pekerjaan
dengan mengacu kepada pelanggan; dari sana baru memetakan keseluruhan proses.
·
Inovasi – Satu hal yang mereka percaya: jika kita tidak
mendengarkan apa kata pelanggan, kita akan gagal. Namun jika kita hanya mendengarkan
apa kata pelanggan, kita juga akan gagal.
·
Review Keadaan Sebelum Bertindak – Bagi Amazon,
hidup di zaman ini adalah sekumpulan revolusi yang tidak dapat diperkirakan dan
kesempatan yang begitu banyak dalam setiap menit yang kita lewati. Karena itu,
tindakan harus direncanakan dengan hati-hati agak tidak melewatkan segala
kesempatan yang datang.
·
Ownership – Di Amazon, sense of ownership dalam
diri karyawan sangatlah penting jika ingin membangun bisnis yang besar. Jika
karyawan memilikinya, mereka akan bersikap seperti owner (pemilik perusahaan),
yang berpikir jangka panjang, melontarkan ide dan menjalani proyek dengan penuh
semangat, serta cukup tangguh untuk membuat keputusan yang menantang.
·
High Hiring Bar – Ketika melakukan rekrutmen,
bagian personalia dan para manajer di Amazon akan bertanya kepada diri sendiri,
“Akankah saya mengagumi orang ini? Akankan saya banyak belajar dari diri
sendiri? Apakah orang ini memiliki segalanya untuk menjalani pekerjaannya
dengan sangat baik?”
·
Penghematan – Amazon membelanjakan uang hanya
untuk hal-hal yang benar-benar perlu. Mereka percaya bahwa dengan berhemat maka
akan dapat menuai kemampuan untuk survive dalam situasi sulit, bebas
ketergantungan, dan juga kesempatan menemukan sesuatu yang baru.
Bagaimana core value
diatas membimbing karyawan Amazon dalam pekerjaan sehari-hari mereka? Misalnya
saja Ownership. Ownership di Amazon diwujudkan dengan cara memberikan
kompensasi terbaik bagi karyawan. Mereka memberikan bonus yang besar bagi
karyawan setiap tahunnya dan dengan demikian prestasi karyawan juga meningkat.
Karena adanya budaya
pelayanan prima dan bisnis yang terfokus kepada toko online dalam proses di
Amazon, maka setiap toko yang diluncurkan memiliki seorang business owner, atau
general manager yang memiliki tanggun jawab atas P&L (profit and lost)
untuk toko tersebut. Maka setiap tim memiliki tanggung jawab P&L
tersendiri, dan kompensasi yang mereka terima akan sangat bergantung kepada
P&L tersebut.
Operational
Excellence dalam sistem internal Amazon
Menurut tulisan Michael
Marx dari Isixsigma.com, niat untuk memberikan pelayanan prima telah membuat
Amazon lebih fokus kepada operasional di internalnya, karena profitabilitas
mereka berkorelasi langsung dengan efektifitas delivery produk mereka kepada
pelanggan.
Jeff Wilke, Direktur
Operasional Amazon, selalu mengarahkan perusahaan untuk lebih fokus kepada
continuous improvement dengan tujuan mereduksi variasi dengan menggunakan Six
Sigma, Lean, dan Total Quality Management (TQM) dalam proses mereka. Fokus
inisiatif ini adalah memberikan pelayanan lebih baik kepada pelanggan dengan
memberikan produk yang tepat di tempat dan waktu yang tepat. “Kami memulai
inisiatif ini dengan memberikan pelatihan intensif kepada karyawan,“ kata
Wilke.
Seperti yang
diberitakan oleh The Wall Street Journal (2002), Wilke telah
melatih dan mempekerjakan tim yang terdiri dari setengah lusin ahli matematika,
yang akan merumuskan model spread book inventory bagi enam
gudang milik Amazon di AS. Wilke menggunakan Six Sigma, metode yang menggunakan
analisa data untuk mengurangi cacat pada industri manufaktur dan jasa. Ia
menunjuk beberapa Black Belt dan Green Belt untuk menjalankan proyek tersebut.
Usaha tersebut
membuahkan hasil. Fulfillment cost adalah biaya terbesar yang harus dikeluarkan
Amazon dalam operasional. Mereka telah berhasil menurunkan biaya ini, menjadi
12% dari total revenue di tahun 2002, dimana sebelumnya mencapai 15%. Dalam
kuartal tearkhir ini, mereka telah berhasil menurunkan Fulfillment cost kepada
angka 10% dari total revenue.
Matriks utama yang
digunakan untuk meningkatkan proses distribusi di Amazon terdiri atas sejumlah
kontak pelanggan, pendataan inventori yang akurat, dan seberapa sering terjadi
kesalahan barang yang dikirim. Di Amazon, satu-satunya alasan pelanggan menghubungi
mereka adalah ketika terjadi kesalahan dalam order mereka. Karena itulah Amazon
fokus kepada pengurangan jumlah pelanggan yang harus ditangani petugas
representatif, dan juga berusaha memberikan sebuah pengalaman belanja yang
lebih menyenangkan.
Sedangkan pendataan
inventori yang akurat sangat penting bagi aktifitas logistik dan berguna untuk
memastikan setiap pusat distribusi memiliki stok untuk memenuhi order-order
potensial. Amazon menggunakan DMAIC (define-measure-analyze-improve-control)
untuk mendeteksi inefisiensi yang terjadi.
Pengukuran ini
digunakan untuk menghitung berapa banyak inventori yang harus ada di setiap
gudang, dan Amazon telah berhasil menurunkan biaya kirim per order dengan
menkoordinir pusat distribusi mereka, sehingga lebih banyak pesanan yang bisa
dikirim bersamaan. Dengan begitu, mereka telah melakukan banyak penghematan.
Menurut Wilke, saat
ini di Amazon masih tersedia banyak sekali ruang untuk perbaikan. Efisiensi
operasional selalu dapat ditingkatkan.
“Kami memiliki sebuah
jaringan pusat distribusi yang besar yang kami bangun tahun lalu,“ kata
Wilke kepada Businessweek. “Saat ini kami menempatkan beberapa
orang kedalamnya untuk pertama kalinya, dan orang-orang ini… yang baru saja
mempelajari bagaimana tetap bekerja dengan efisien selama masa liburan
berlangsung, mampu mengerjakan hal-hal yang selama ini belum pernah disaksikan
oleh perusahaan sebelumnya. Usaha perbaikan yang terus-menerus ini menciptakan
kesempatan yang sangat baik untuk tumbuh dan belajar.“
Operational excellece
yang menjadi tujuan Amazon selalu berusaha untuk diraih oleh perusahaan
berbasis e-Commerce tersebut. Dalam prosesnya, Amazon selalu mampu mendulang
keuntungan dari perbaikan yang terus dijalani.
“Efisiensi dalam
operational membantu Amazon meraih pendapatan tiga kali lipat dalam kuartal
ketiga beberapa tahun lalu, sementara itu mereka tetap mampu menawarkan
insentif kepada pelanggan, termasuk free shipping,“ tulis seorang komentator
untuk Record Numbers Go Online Shopping, CNN International.
Highlight:
1. Keberhasilan Amazon
menjadi salah satu bisnis e-Commerce terbesar di dunia sangat berkaitan erat
dengan kepedulian dan fokus mereka terhadap kepuasan pelanggan serta usaha
menghadirkan value bagi pelanggan.
2. Untuk memberikan
lebih banyak value dan mendapatkan pelanggan yang puas, Amazon selalu bekerja
untuk memperbaiki proses internal mereka dengan metode-metode perbaikan seperti
Lean dan Six Sigma untuk mencapai operational excellence.
Kesimpulan:
·
Amazon
adalah perusahaan yang menempatkan pelanggan sebagai fokus utamanya. Struktur
organisasi dibentuk untuk mengutamakan value bagi pelanggan dan menjalankan
operational excellence.
·
Operational
Excellence berarti memberikan pengalaman belanja yang memuaskan kepada
pelanggan, yang merupakan hasil dari continuous improvement. Sedangkan untuk
perusahaan, operational excellence berarti peningkatan produktifitas, margin,
efisiensi dan asset velocity dalam bisnis.
·
Jeff
Wilke, Direktur Operasional Amazon, selalu mengarahkan perusahaan untuk lebih
fokus kepada continuous improvement dengan tujuan mereduksi variasi dengan
menggunakan Six Sigma, Lean, dan Total Quality Management (TQM) dalam proses
mereka
0 komentar:
Post a Comment